Senin, 31 Oktober 2022

NUMISMATIK SEBAGAI ILMU BANTU SEJARAH

NUMISMATIK SEBAGAI ILMU BANTU SEJARAH



Numismatik sebagai ilmu merupakan salah satu ilmu bantu sejarah yang dapat dikembangkan menjadi suatu yang lebih luas dan sangat menarik untuk dipelajari untuk mengungkap suatu sejarah, tidak terlepas juga menjadi suatu investasi utk kedepannya yg didukung oleh sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas.

Sudah selayaknya Numismatik Indonesia memiliki "Hari  Numismatik Nasional" di negara tercinta Republik Indonesia ini, bila kita mau mengistimewakan Numismatik di Negara tercinta kita ini, yang akan kita peringati setiap tahunnya dan tentu akan lebih bermakna ke depannya 🙏🙏

Bisakah kita mewujudkannya?? Tentu sangat bisa, sebagai contoh Filateli sendiri di indonesia sudah memiliki Hari Filateli, juga ilmu-ilmu yg lain yg juga sebagai alat bantu ilmu sejarah maupun bukan sebagai alat bantu ilmu sejarah seperti Arkeologi, Antropologi, Arsitektur dan lain-lain yg didukung oleh Komunitas, Perkumpulan ataupun Asosiasinya.

Bagaimana kita mewujudkannya?? Salah satu seorang numismatis senior, Penulis, pemerhati sejarah, dan museum dari tahun 1980an, juga seorang Arkeolog yg akhir-akhir sering diskusi dengan kami, menyarankan agar Numismatik Indonesia dengan Perkumpulan atau Asosiasinya agar sering melakukan Seminar, Sosialisasi, Workshop dan kegiatan lainnya yg berskala nasional.

Dari hasil kegiatan-kegiatan tersebut kita bisa mengusulkan untuk adanya "Hari Numismatik Nasional" ke lembaga terkait, dalam hal ini karena Numismatik sebagai ilmu, yg terkait adalah Kemendikbud.

Apakah Numismatik kita akan menuju kesana?? Semua terpulang kembali kepada para senior dan pembesar Numismatik di negara kita cintai ini untuk melepas egonya masing-masing dan mau secara konsisten bersama-sama memajukan numismatik atas nama  "Indonesia" yg bukan hanya retorika tapi dengan bukti nyata.

Pencinta Numismatik Kota Medan

14 Agustus 2019.

With Ichwan Azhari Teddy Rinaldy Rangga Bima Suwito Harsono Tma

Dikutip dari FB Ruswita k.

"Uang Senapan" || Uang Resimen I

"Uang Senapan" Uang Resimen I



 Apa yang terpikirkan oleh kita bila melihat salah satu contoh Uang Resimen I di bawah ini? yang pertama tentu gambar Senapannya, maka tak salah Uang ini sering di sebut "Uang Senapan" oleh Penduduk Kutacane dan para Prajurit Resimen I pada tahun 1948 di Kutacane kala itu.

Lalu kita akan melihat 2 tanda tangan dibawahnya yaitu di kiri dan kanan.

Sebelah kiri ditandatangangi/disetujui oleh Patih Kutacane Saat itu yaitu Muda Sedang, dan sebelah kanan ditandatangani oleh Kepala Keuangan Resimen I Divisi X atau Divisi Sumatera yaitu Letnan Abdul Muluk Lubis, terakhir pensiun berpangkat Mayor Jenderal dengan jabatan sebagai Perwira Logistik Resimen IV.


yang menarik adalah mengenai Patih Kutacane saat itu yaitu Muda Sedang, nama beliau minim informasi atau kisahnya yang diangkat atau dipublikasikan.


Berbeda dengan Letnan Abdul Muluk Lubis maupun Letkol Djamin Ginting yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen I dan pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal, yang namanya sudah banyak dikisahkan.


Baru-baru ini Museum Uang Sumatera mendapat hibah beberapa surat saham dari seseorang yang baik hati di Kota Medan, yaitu berupa "Surat Sero" dari "Pesindo Banking Cooporation" di Kutaradja, tanggal  1 April 1949,  dan "Surat Sero" dari "Bank Keradjinan Pedjuang Kemerdekaan", yang berdiri tanggal 14 Oktober 1954 di Kota Medan, serta surat "Pindjaman Republik Indonesia" tahun 1950.

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

Hal menarik lainnya yaitu, Surat Sero atau Surat Saham tersebut atas nama "Muda Sedang", dengan dugaan sementara adalah setelah beliau tinggal di Kutaradja kemudian pensiun dan menetap di Kota Medan, dan surat-surat ini kemungkinan ditemukan oleh ahli waris atau keluarganya, dan berakhir di Museum Uang Sumatera.

Beberapa teman-teman Sejarawan, Pecinta Sejarah dan Pemerhati Sejarah sudah dimintakan pendapatnya tapi belum ada jawaban tentang Bapak "Muda Sedang" tersebut.

Banyak Sejarah yang dapat digali dari surat-surat Saham tersebut, baik mengenai Bapak Muda Sedang itu sendiri, maupun 2 Bank yang disebut diatas, yang berdiri di Kutaradja pada era Revolusi Kemerdekaan, serta yang berdiri di Kota Medan pada era setelah Revolusi Kemerdekaan, yang minim dengan sumber referensi, maupun Pinjaman Republik Indonesia itu sendiri.

Dikutip dari Fb Ruswita k

Koin Ayam "SUSU"

 Misteri Token / Koin Ayam "SUSU"




Siapa yang tidak tahu tentang Koin Ayam Susu? Mungkin rata-rata sudah mengetahuinya, terutama Koin Ayam Jago yang biasa (Singapore Merchant Token).

Karena kelangkaannya yang merupakan salah satu keistimewaannya, Koin Ayam Susu pernah terjual pada tahun 2012 di Monetarium Auction Singapore seharga SGD 80.000 exclude tax (diluar pajak).

Hampir 800jt Rupiah lebih, harga yang fantastis🥰😍


Tapi pernahkah kita tertarik untuk mengetahui sejarah Koin Ayam Susu itu sendiri?? Yang tentunya ada kaitannya dengan sejarah perdagangan dan perekonomian di Indonesia.


Menurut buku Saran Singh, The Encyclopedia of the Coins of Malaysia, Singapura, dan Brunei, 1400-1986, Koin Ayam Susu 1804 dikeluarkan oleh kepala pemberontak, Lebai Dapa, yang memerintah di daerah sekitar pelabuhan Susu ( huruf Jawi ada di koin tertulis SUSU) di Sumatera. token susu ini adalah prototipe untuk ayam token ayam jago berikutnya (duit ayam) yang dikeluarkan oleh Pedagang Singapura.


Banyak token diedarkan di wilayah selat (Straits Settlements) dan wilayah tetangga Singapura. Tetapi masalah yang paling menarik adalah keberadaan koin sen tembaga yang dikenal sebagai token ayam, karena bagian depannya menampilkan ayam jago bertarung yang besar serta kebalikannya tertulis "Susu" dalam bahasa Arab, dengan tanggal 1804 dalam kalender Eropa. Susu adalah pelabuhan di pantai barat Sumatra, di kerajaan Acheen, tempat Amerika mendirikan basis.


Pada katalog Pridmore (hal. 91-94) menyatakan bahwa barang-barang ini mungkin dikeluarkan oleh Pedagang Bebas Amerika secara ilegal berdagang di Pelabuhan Susu, sebuah pelabuhan pantai barat di Sumatra di Kerajaan Acheen (Aceh). Penelitian terbaru, yang diterbitkan setelah kematiannya dalam sebuah makalah bersama dengan David Vice (SNC, September 1980 dan Maret 1981) menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung kepada topik pembahasan yaitu kepala pemberontak, Lebi Dapa, keturunan dari Kepala Pangkalan Susu, dan ada 100 "sampel"  cetak ulang yang disiapkan di London, yang akan diproduksi secara lokal. Bahwa koin-koin tersebut hampir pasti prototipe untuk token Ayam Jago yang tidak diragukan lagi.


Dari Catatan Saran Singh dan Pridmore diatas, Yang jadi pertanyaan adalah :


Dimanakah Koin / Token Ayam Jago "Susu" yang dimaksud namanya berasal? Benarkah Pangkalan Susu berada di Daerah Atjeh?? Dan benarkah dia sebagai prototipe Token Ayam Jago (Singapore Merchant Token)?


Sejarah Ringkas Kecamatan Pangkalan Susu


Bahwa secara terperinci dan mendetail sejarah kelahiran dan pertumbuhan maupun perkembangan Kecamatan pangkalan Susu tidak di peroleh dengan pasti, namun berdasarkan keterangan yang di kumpul di peroleh dari para orang tua (M.Jali Hg dan Ramli) dapat di kumpulkan keterangan-keterangan yang di anggap cukup memadai untuk menjadi catatan.


Sekitar tahun 1890 dalam suatu suasana masih hutan semak belukar dan kegiatan pemerintahan tunduk kepada sultan Langkat di Tanjung Pura, seorang yang bernama Tengku Nyak Pekan, telah membuka hutan di kampung Sei Bemban (sekarang Pulau kampai), selain menanam lada dan menanam potensi pertanian lainnya. Merasa perlu memperluas areal pertaniannya maka Tengku Nyak Pekan bersama keluaganya membuka hutan pula di Pangkalan Soesoe,sehingga akhirnya area pertanian diwarnai dengan tumbuhnya pohon lada yang cukup banyak.


Pada tahun 1917, salah satu anak Tengku Nyak Pekan yang bernama Kobat, diangkat menjadi Petua dan mengepalai daerah Pangkalan Soesoe. Dalam Perkembangannya, maka Pangkalan Soesoe mulai didatangi para pendatang dari pesisir/luar untuk mencoba berusaha dibidang pertanian.pada saat itu belum ada perhubungan darat sehingga para pendatang menyelusuri laut dan pantai untuk membuka hutan yang masih belum di jamah.

Perahu-perahu dan sagor (sampan) mereka ikatkan di sebuah pohon yang rindang ditepi pantai,selanjutnya lokasi penambatan perahu ini mereka sebut dengan PANGKALAN dan pohon rindang tempat diikatnya dan ditambatkanya sagor tersebut mereka namakan SOERSOER.


Dari hari kehari pertambahan jumlah pendatang semakin banyak untuk mebuka hutan sebagai lahan pertanian.Menurut ceritanya baik oleh Pemerentah Belanda maupun masyarakat setempat sendiri, menyebut SOERSOER merasa agak sulit sehingga sering terucap menjadi SOESOE. Pada gilirannya oleh Pemerintah Belanda ditetapkan menjadi PANGKALAN SUSU hingga sampai saat sekarang ini pada bahagian lain di Pangkalan Brandan pada saat itu berkedudukan seorang Controlleur yang membawahi 4 (empat) orang Datuk beserta daerahnya Yaitu:

datuk Pekan Pangkalan Brandan

Datuk Lepan

Datuk Besitang/Pangkalan Susu

Datuk Pulau Kampai


Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, di hapuskanlah Pemerentahan Swa Praja atau Zeltbestuur yang diperrintah oleh Sultan/Raja-Raja di Kerisidenan Sumatera Timur,Termasuk di Pangkalan Susu. Disusunlah pemerintahan sipil di Wilayah Kerisidenan Sumatera Timur yang terdiri dari 6 (enam) Kabupaten Langkat dengan Bupatinya bernama Bapak Alm.ADNAN NOER LUBIS, di resmikan tepatnya tanggal 12 April 1946.dengan di bentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,maka dihapuslah Kerisidenan Sumatera timur dan menetapkan penjabat Pimpinan pemerentahan disemua Kabupaten temasuk kabupaten langkat yang berkedudukan di Binjai (Bupatinya H.O.K. SALAMUDDUN) dengan membawahi 3 (tiga) Kewedanan termasuk didalamnya Kecamatan Pangkalan Susu sebagai bahagian dari kecamatan dikewedanaan Teluk Haru sehingga dengan demikian dapatlah dianggap bahwa kehadiran dan tumbuhnya Kecamatan Pangkalan Susu dimulai pada saat tersebut diatas.


Dalam perkembangan sampaï saat ini Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pangkalan Susu adalah salah satu dari unit pelaksana teknis dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berada di sumatera Utara yang berbatasan dengan Nangroeh Aceh Darussalam (NAD), yang sebelumnya hanya melayani dermaga (TUKS) milik PT.Pertamina yang bergerak dalam bidang pertambangan untuk mengangkut Gas LPG dan Crude Oil, Sekarang telah berkembang dengan beroperasinya PLTU ( PT. PLN Persero ) pada pertengahan tahun 2014 maka Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pangkalan Susu juga telah melayani dermaga (TUKS) milik PT. PLN Persero yang bergerak dibidang Tenaga Listrik untuk Kapal-kapal mengangkut Batubara. Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Pangkalan Susu juga memiliki 2 (dua) wilker (wilayah kerja) yaitu pada dermaga (TUKS) milik Pertamina yang terletak di Pangkalan Brandan dan Pulau Sembilan.

Tidak heran Sejarah Pangkalan Susu juga terkait dengan Pangkalan Brandan walaupun dua kesatuan yg berbeda sejarah.

Beranjak dari hal tersebut diatas maka perlu kajian dan penelitian lebih lanjut oleh Numismatis kedua negara atau negara yg terkait, untuk meluruskan sejarah dan kegunaan Koin Ayam Susu dan dibukukan kembali secara baku.


*Dikutip dan diolah dari berbagai sumber.

Dikutip dari Fb. Ruswita k