Jumat, 02 Desember 2022

GOLD KUPANG KESULTANAN JOHORE

GOLD KUPANG KESULTANAN JOHORE




Period : Sultan Alauddin Riayat Shah (1527-1564) 
Obv: Sultan Alauddin
Rev: Khalifatul Muminin Shah
Metal/Deno : Gold Kupang
Weight: 0,6grm Dim: 13mm
Rarety: RR
.
Sejarah Singkat tentang Koin Emas Johor ini adalah Dari Skrip khalimah Khalifatul Mukminin bagian Belakang Koin ungkapan yang jelas bahwa Pemerintahan pada ketika itu adalah mendaulahkan Islamiah yang mendukung Al-Qur'an dan Al-Sunnah sebagai petunjuk kepada orang Mukminin. Dan Raja pada ketika itu sebagai Khalifatul Mukminin atau payung kepada orang mukminin yang memerintah dengan adil dan mendaulatkan al-Qur'an dan Al-Sunnah .

Di zaman Pemerintahan Khalifatul Mukminin Umar bin Khattab Matawang yang digunakan pada ketika itu adalah DINAR emas, DIRHAM perak dan Fulus tembaga . Khalifah Umar bin Khattab telah menetapkan semua Koin Emas mempunyai berat yang standard setiap 1 DINAR mempunyai berat 4.25gram.

Jika dilihat kepada Kupang Emas Johor ini yang mempunyai berat 0.6gram berbanding dengan Dinar Khalifatul Mukminin 4.25gram. Bermakna 1 DINAR Khalifah Umar bin Khattab bersamaan 7 Kupang Khalifah Sultan Alauddin Riwayat Shah. Perbandingan ini adalah merujuk kepada berat emas Kupang dengan Dinar.

Salam.

Senin, 21 November 2022

UANG KUNO Rp50000 POLYMER TERMAHAL

 UANG KUNO Rp50000 POLYMER TERMAHAL


Uang 50.000 Rupiah Suharto Polymer, merupakan seri commemorative yaitu "25 Tahun Indonesia Membangun"



keunikan uang ini salah satunya yaitu dari PREFIX yang saya temukan berjumlah 25 Prefix, sesuai dengan TEMA uang ini

Pada umumnya yang selama ini beredar dan kita temukan, Prefix dari uang ini diawali dangan "ZZ" lalu ikuti huruf ketiga yang merupakan abjad dari A sampai Z (dari ZZA sampai ZZZ) kalo mengikuti abjad yang ada tentu berjumlah 26 namun sampai saat ini saya tidak temukan prefix ZZO dan ZZI, jadi bisa disimpulkan berjumlah 24 Prefix 


ditambah dengan Prefix XXV (angka 25 dalam angka romawi) sebagai prefix pelengkap yang tentunya sangat sulit ditemukan

Seperti di jelaskan diatas bahwa ini merupakan SERI PENGGANTI, menurut pendapat saya untuk seri ini bukanlah sebagai seri pengganti, namun sebagai SERI PELENGKAP dari Prefix yang beredar,

Seri (prefix) yang di terbitkan oleh Pertjetakan Kebajoran (saat ini PERURI) dengan prefix berawalan X-- yang kita kenal merupakan seri pengganti, mari kita cek kembali, prefix yang berawalan X-- pada umumnya yang dapat kita jumpai adalah hanya huruf pertama yang berawalan X-- sebagai contoh XAA, XAB dan lainnya

Namun untuk seri ini terlihat sangat special yaitu huruf pertama dan kedua adalah X dan di ikuti oleh V lengkapnya XXV, jika memang ini merupakan seri pengganti kenapa langsung huruf V pada huruf ketiga yang digunakan dan tidak XXA

Menurut pengamatan saya (pribadi), XXV merupakan angka tahun yang diambil dari ejaan Romawi yaitu 25 sesuai dengan TEMA dari uang ini yaitu

"25 TAHUN INDONESIA MEMBANGUN"

Jadi Prefix XXV pada seri uang ini bukanlah sebagai seri pengganti tapi merupakan SERI PELENGKAP sehingga jumlah prefix dari seri uang ini berjumlah 25 Prefix, karena sampai saat ini belum ditemukannya prefix ZZI dan ZZO

Secara matematis 26 - 2 + 1 = 25

Mohon maaf apabila kesimpulan yang saya ketik ini ada kekeliruan, dan apabila dari rekan2 menemukan prefix ZZO dan ZZI, dan meungkin akan menggugurkan kesimpulan saya sekiranya dapat di share disini 


Terima Kasih

Senin, 07 November 2022

FONDS (Dana, Persediaan Dana/anggaran)

 FONDS 

(Dana, Persediaan Dana/anggaran)



Pada era menjelang kemerdekaan dan pada masa Revolusi kemerdekaan Fonds adalah salah satu bentuk penggalangan untuk membantu pemerintah pada masa persiapan kemerdekaan dan masa mempertahankan kemerdekaan, yaitu berupa Fonds Perang, Fonds Kemerdekaan,  Fonds Dakota dan Fonds Nasional.


Sejarah penggalangan dana atau Fond pada masyarakat telah lama terjadi sejak masa pendudukan jepang.


Penggalangan dana berupa pengumpulan emas dilakukan para perempuan ketika Jepang kian terdesak dalam Perang Pasifik. Harian Sinar Baroe, 20 Desember 1944, menyiarkan maklumat Jawa Hokokai Fujinkai: “menganjurkan kaum perempuan, khususnya anggota Fujinkai, untuk menunjukan kebaktiannya dengan menyerahkan perhiasannya kepada pemerintah untuk kepentingan peperangan.”


“Anjuran membaktikan barang-barang permata untuk menyokong usaha perang disambut oleh penduduk Jawa dengan cara yang hangat,” tulis Sinar Baroe, 15 Januari 1945.


Pengumpulan dana tersebut dinamakan Fonds Perang, yang diputuskan oleh Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat), lembaga “perwakilan” Indonesia untuk memberikan saran kepada Jepang; pada 1943. Penggalangan dana Fonds Perang dilakukan mulai dari desa (ku) sampai karesidenan (syu) dengan berbagai cara, seperti dalam peringatan hari besar nasional, pasar malam, atau pertunjukan kesenian.


Fonds Perang kemudian ditambahi kata “Kemerdekaan” setelah Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji kemerdekaan kepada Indonesia di depan parlemen Jepang pada 7 September 1944. Seperti dimuat Sinar Baroe, 2 Februari 1945, Fonds Perang dan Kemerdekaan masuk dalam anggaran dasar dan anggaran khusus Jawa Hokokai yang baru. Pasal 24 tentang Fonds Perang dan Kemerdekaan berbunyi: “Dalam Jawa Hokokai diadakan fonds yang maksudnya mengumpulkan uang dan harta benda yang disembahkan oleh penduduk di Jawa atau badan-badan lain untuk menyempurnakan usaha perang ATR (Asia Timur Raya) serta mengokohkan dasar kemerdekaan Indonesia dan yang berusaha mengurus sebaik-baiknya buat menyempurnakan maksud di atas.”


Pada anggaran khusus tentang Fonds Perang dan Kemerdekaan dinyatakan bahwa fonds akan digunakan untuk pembelaan tanah air, menolong dan pendidikan rakyat, serta menambah tenaga perang dan memperkokoh dasar kemerdekaan.

Fonds Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, kata “Perang” dihilangkan dan namanya diubah jadi Fonds Kemerdekaan. Mulai 18 Agustus 1945, dr R Soeharto, dokter pribadi Presiden Sukarno, berkantor di Pegangsaan Timur 56 dan diserahi tugas sebagai bendahara kemudian wakil ketua Fonds Kemerdekaan Pusat. Wakil Presiden Mohamad Hatta jadi ketuanya.

“Tugas saya sehari-hari di Pegangsaan Timur 56 mengurus uang yang disumbangkan dan disampaikan untuk Fonds Kemerdekaan Indonesia, terutama melalui Bung Hatta, dan juga mengurus berbagai pengeluaran uang atas perintah Bung Karno atau Bung Hatta,” kata Soeharto dalam memoarnya, Saksi Sejarah.

Pengeluaran itu, kata Soeharto, sebagian besar untuk membekali orang-orang atau rombongan utusan daerah yang hendak kembali ke daerahnya. Fonds Kemerdekaan juga menyediakan modal untuk pembentukan bank pertama yang didirikan dan dimiliki pemerintah Indonesia.

Adalah RM Margono Djojohadikoesoemo yang menggagas pendirian bank pemerintah. Setelah dibicarakan dengan Bung Hatta, pemerintah menerbitkan surat kuasa pada 16 September 1945 yang menunjuk Margono untuk menyiapkan pendirian bank tersebut. Margono membentuk Yayasan Pusat Bank Indonesia (PBI) yang didaftarkan pada Notaris Soerojo di Jakarta pada 9 Oktober 1945. Dia menjabat direktur yayasan dan berkantor di Jalan Menteng Raya 23 Jakarta itu. Modalnya cuma Rp5 ribu, hasil sumbangan rakyat dalam Fonds Kemerdekaan, yang jelas tak mencukupi kebutuhan operasional sebuah bank.

Fonds Kemerdekaan lantas menyumbang sampai modal yayasan menjadi Rp340.000 (uang zaman Jepang). Dalam sebulan dana masyarakat yang terkumpul mencapai Rp31 juta. Pada 5 Juli 1946, Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No 2 tahun 1946 yang mengesahkan berdirinya bank milik pemerintah yang bernama Bank Negara Indonesia.

Fonds Kemerdekaan juga diselenggarakan di daerah-daerah. “Fonds Kemerdekaan merupakan dana lokal yang dibentuk di setiap kabupaten oleh Komite Nasional Indonesia Daerah. Kebanyakan orang-orang Tionghoa dan Arab memberikan sumbangannya untuk memperlihatkan dukungannya kepada kemerdekaan,” tulis Anton Lucas dalam Peristiwa Tiga Daerah.

Menurut Pramoedya Ananta Toer dalam Kronik Revolusi, Fonds Kemerdekaan berjasa besar menyokong perjuangan, terutama di sekitar permulaan masa revolusi di tahun 1945. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1948, Fonds Kemerdekaan dilikuidasi dan dibentuk badan serupa bernama Fonds Nasional.

“Kekayaan Fonds Kemerdekaan berjumlah lebih kurang Rp5.000.000 dioperkan kepada badan baru itu, yang juga meneruskan usaha-usaha badan yang lama, di antaranya mengadakan studie-fonds, memberi pertolongan kepada badan-badan sosial dan usaha-usaha nasional lainnya,” tulis Pram.

Pada tanggal 16 Juni 1948, dalam jamuan makan yang digelar Gabungan Saudagar-saudagar di aula Hotel Aceh, Kotaraja, Presiden Sukarno menganjurkan kepada rakyat Aceh agar membantu usaha membuka perhubungan udara. “Di sini saya anjurkan supaya kaum saudagar membeli kapal udara, sebaiknya Dakota… Satu Dakota harganya hanya 25 kilogram emas,” kata Sukarno.

Para saudagar Aceh menyanggupi membeli dua pesawat Dakota. Untuk itu, di seluruh Aceh dibentuk Dakota Fonds untuk menghimpun sumbangan dari masyarakat. “Terdorong oleh kesadaran dan rasa cinta akan kemerdekaan, masyarakat Aceh menyambut hangat pengumpulan dana tersebut, dan sebagian besar mereka dengan ikhlas menyerahkan perhiasan emas dan uang tunainya,” tulis Pramoedya Ananta Toer dkk, dalam Kronik Revolusi Indonesia IV.

Dalam buku yang sama Pram menulis pesawat terbang RI 001 Seulawah itu adalah satu dari dua pesawat hasil  sumbangan rakyat Aceh. Pram menambahkan bahwa, “pesawat yang kedua tidak menjadi kenyataan, sungguhpun dana untuknya telah diserahkan.”

Fonds kemerdekaan dikumpulkan melalui penarikan pada saat pembayaran pajak, undian, sewa dan iuran lainnya, ada yg berbentuk Perangko, Materai, Lotterij, Stempel / cap pada kwitansi, Kupon, tanda penerimaan serta bentuk yang lainnya.

Berikut adalah contoh Bentuk Fonds Kemerdekaan yang ada di Museum Uang Sumatera dan sumber lainnya (minus fonds kemerdekaan bentuk Lottre / Lotterij).





Diambil dari FB Ruswita

Rabu, 02 November 2022

UANG KUNO Rp500 TAHUN 1968

UANG KUNO Rp500 TAHUN 1968



 

UANG KUNO Rp1000 TAHUN 1968

UANG KUNO Rp1000 TAHUN 1968




Senin, 31 Oktober 2022

NUMISMATIK SEBAGAI ILMU BANTU SEJARAH

NUMISMATIK SEBAGAI ILMU BANTU SEJARAH



Numismatik sebagai ilmu merupakan salah satu ilmu bantu sejarah yang dapat dikembangkan menjadi suatu yang lebih luas dan sangat menarik untuk dipelajari untuk mengungkap suatu sejarah, tidak terlepas juga menjadi suatu investasi utk kedepannya yg didukung oleh sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas.

Sudah selayaknya Numismatik Indonesia memiliki "Hari  Numismatik Nasional" di negara tercinta Republik Indonesia ini, bila kita mau mengistimewakan Numismatik di Negara tercinta kita ini, yang akan kita peringati setiap tahunnya dan tentu akan lebih bermakna ke depannya 🙏🙏

Bisakah kita mewujudkannya?? Tentu sangat bisa, sebagai contoh Filateli sendiri di indonesia sudah memiliki Hari Filateli, juga ilmu-ilmu yg lain yg juga sebagai alat bantu ilmu sejarah maupun bukan sebagai alat bantu ilmu sejarah seperti Arkeologi, Antropologi, Arsitektur dan lain-lain yg didukung oleh Komunitas, Perkumpulan ataupun Asosiasinya.

Bagaimana kita mewujudkannya?? Salah satu seorang numismatis senior, Penulis, pemerhati sejarah, dan museum dari tahun 1980an, juga seorang Arkeolog yg akhir-akhir sering diskusi dengan kami, menyarankan agar Numismatik Indonesia dengan Perkumpulan atau Asosiasinya agar sering melakukan Seminar, Sosialisasi, Workshop dan kegiatan lainnya yg berskala nasional.

Dari hasil kegiatan-kegiatan tersebut kita bisa mengusulkan untuk adanya "Hari Numismatik Nasional" ke lembaga terkait, dalam hal ini karena Numismatik sebagai ilmu, yg terkait adalah Kemendikbud.

Apakah Numismatik kita akan menuju kesana?? Semua terpulang kembali kepada para senior dan pembesar Numismatik di negara kita cintai ini untuk melepas egonya masing-masing dan mau secara konsisten bersama-sama memajukan numismatik atas nama  "Indonesia" yg bukan hanya retorika tapi dengan bukti nyata.

Pencinta Numismatik Kota Medan

14 Agustus 2019.

With Ichwan Azhari Teddy Rinaldy Rangga Bima Suwito Harsono Tma

Dikutip dari FB Ruswita k.

"Uang Senapan" || Uang Resimen I

"Uang Senapan" Uang Resimen I



 Apa yang terpikirkan oleh kita bila melihat salah satu contoh Uang Resimen I di bawah ini? yang pertama tentu gambar Senapannya, maka tak salah Uang ini sering di sebut "Uang Senapan" oleh Penduduk Kutacane dan para Prajurit Resimen I pada tahun 1948 di Kutacane kala itu.

Lalu kita akan melihat 2 tanda tangan dibawahnya yaitu di kiri dan kanan.

Sebelah kiri ditandatangangi/disetujui oleh Patih Kutacane Saat itu yaitu Muda Sedang, dan sebelah kanan ditandatangani oleh Kepala Keuangan Resimen I Divisi X atau Divisi Sumatera yaitu Letnan Abdul Muluk Lubis, terakhir pensiun berpangkat Mayor Jenderal dengan jabatan sebagai Perwira Logistik Resimen IV.


yang menarik adalah mengenai Patih Kutacane saat itu yaitu Muda Sedang, nama beliau minim informasi atau kisahnya yang diangkat atau dipublikasikan.


Berbeda dengan Letnan Abdul Muluk Lubis maupun Letkol Djamin Ginting yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen I dan pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal, yang namanya sudah banyak dikisahkan.


Baru-baru ini Museum Uang Sumatera mendapat hibah beberapa surat saham dari seseorang yang baik hati di Kota Medan, yaitu berupa "Surat Sero" dari "Pesindo Banking Cooporation" di Kutaradja, tanggal  1 April 1949,  dan "Surat Sero" dari "Bank Keradjinan Pedjuang Kemerdekaan", yang berdiri tanggal 14 Oktober 1954 di Kota Medan, serta surat "Pindjaman Republik Indonesia" tahun 1950.

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

* Foto Koleksi Museum Sumatra

Hal menarik lainnya yaitu, Surat Sero atau Surat Saham tersebut atas nama "Muda Sedang", dengan dugaan sementara adalah setelah beliau tinggal di Kutaradja kemudian pensiun dan menetap di Kota Medan, dan surat-surat ini kemungkinan ditemukan oleh ahli waris atau keluarganya, dan berakhir di Museum Uang Sumatera.

Beberapa teman-teman Sejarawan, Pecinta Sejarah dan Pemerhati Sejarah sudah dimintakan pendapatnya tapi belum ada jawaban tentang Bapak "Muda Sedang" tersebut.

Banyak Sejarah yang dapat digali dari surat-surat Saham tersebut, baik mengenai Bapak Muda Sedang itu sendiri, maupun 2 Bank yang disebut diatas, yang berdiri di Kutaradja pada era Revolusi Kemerdekaan, serta yang berdiri di Kota Medan pada era setelah Revolusi Kemerdekaan, yang minim dengan sumber referensi, maupun Pinjaman Republik Indonesia itu sendiri.

Dikutip dari Fb Ruswita k

Koin Ayam "SUSU"

 Misteri Token / Koin Ayam "SUSU"




Siapa yang tidak tahu tentang Koin Ayam Susu? Mungkin rata-rata sudah mengetahuinya, terutama Koin Ayam Jago yang biasa (Singapore Merchant Token).

Karena kelangkaannya yang merupakan salah satu keistimewaannya, Koin Ayam Susu pernah terjual pada tahun 2012 di Monetarium Auction Singapore seharga SGD 80.000 exclude tax (diluar pajak).

Hampir 800jt Rupiah lebih, harga yang fantastis🥰😍


Tapi pernahkah kita tertarik untuk mengetahui sejarah Koin Ayam Susu itu sendiri?? Yang tentunya ada kaitannya dengan sejarah perdagangan dan perekonomian di Indonesia.


Menurut buku Saran Singh, The Encyclopedia of the Coins of Malaysia, Singapura, dan Brunei, 1400-1986, Koin Ayam Susu 1804 dikeluarkan oleh kepala pemberontak, Lebai Dapa, yang memerintah di daerah sekitar pelabuhan Susu ( huruf Jawi ada di koin tertulis SUSU) di Sumatera. token susu ini adalah prototipe untuk ayam token ayam jago berikutnya (duit ayam) yang dikeluarkan oleh Pedagang Singapura.


Banyak token diedarkan di wilayah selat (Straits Settlements) dan wilayah tetangga Singapura. Tetapi masalah yang paling menarik adalah keberadaan koin sen tembaga yang dikenal sebagai token ayam, karena bagian depannya menampilkan ayam jago bertarung yang besar serta kebalikannya tertulis "Susu" dalam bahasa Arab, dengan tanggal 1804 dalam kalender Eropa. Susu adalah pelabuhan di pantai barat Sumatra, di kerajaan Acheen, tempat Amerika mendirikan basis.


Pada katalog Pridmore (hal. 91-94) menyatakan bahwa barang-barang ini mungkin dikeluarkan oleh Pedagang Bebas Amerika secara ilegal berdagang di Pelabuhan Susu, sebuah pelabuhan pantai barat di Sumatra di Kerajaan Acheen (Aceh). Penelitian terbaru, yang diterbitkan setelah kematiannya dalam sebuah makalah bersama dengan David Vice (SNC, September 1980 dan Maret 1981) menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung kepada topik pembahasan yaitu kepala pemberontak, Lebi Dapa, keturunan dari Kepala Pangkalan Susu, dan ada 100 "sampel"  cetak ulang yang disiapkan di London, yang akan diproduksi secara lokal. Bahwa koin-koin tersebut hampir pasti prototipe untuk token Ayam Jago yang tidak diragukan lagi.


Dari Catatan Saran Singh dan Pridmore diatas, Yang jadi pertanyaan adalah :


Dimanakah Koin / Token Ayam Jago "Susu" yang dimaksud namanya berasal? Benarkah Pangkalan Susu berada di Daerah Atjeh?? Dan benarkah dia sebagai prototipe Token Ayam Jago (Singapore Merchant Token)?


Sejarah Ringkas Kecamatan Pangkalan Susu


Bahwa secara terperinci dan mendetail sejarah kelahiran dan pertumbuhan maupun perkembangan Kecamatan pangkalan Susu tidak di peroleh dengan pasti, namun berdasarkan keterangan yang di kumpul di peroleh dari para orang tua (M.Jali Hg dan Ramli) dapat di kumpulkan keterangan-keterangan yang di anggap cukup memadai untuk menjadi catatan.


Sekitar tahun 1890 dalam suatu suasana masih hutan semak belukar dan kegiatan pemerintahan tunduk kepada sultan Langkat di Tanjung Pura, seorang yang bernama Tengku Nyak Pekan, telah membuka hutan di kampung Sei Bemban (sekarang Pulau kampai), selain menanam lada dan menanam potensi pertanian lainnya. Merasa perlu memperluas areal pertaniannya maka Tengku Nyak Pekan bersama keluaganya membuka hutan pula di Pangkalan Soesoe,sehingga akhirnya area pertanian diwarnai dengan tumbuhnya pohon lada yang cukup banyak.


Pada tahun 1917, salah satu anak Tengku Nyak Pekan yang bernama Kobat, diangkat menjadi Petua dan mengepalai daerah Pangkalan Soesoe. Dalam Perkembangannya, maka Pangkalan Soesoe mulai didatangi para pendatang dari pesisir/luar untuk mencoba berusaha dibidang pertanian.pada saat itu belum ada perhubungan darat sehingga para pendatang menyelusuri laut dan pantai untuk membuka hutan yang masih belum di jamah.

Perahu-perahu dan sagor (sampan) mereka ikatkan di sebuah pohon yang rindang ditepi pantai,selanjutnya lokasi penambatan perahu ini mereka sebut dengan PANGKALAN dan pohon rindang tempat diikatnya dan ditambatkanya sagor tersebut mereka namakan SOERSOER.


Dari hari kehari pertambahan jumlah pendatang semakin banyak untuk mebuka hutan sebagai lahan pertanian.Menurut ceritanya baik oleh Pemerentah Belanda maupun masyarakat setempat sendiri, menyebut SOERSOER merasa agak sulit sehingga sering terucap menjadi SOESOE. Pada gilirannya oleh Pemerintah Belanda ditetapkan menjadi PANGKALAN SUSU hingga sampai saat sekarang ini pada bahagian lain di Pangkalan Brandan pada saat itu berkedudukan seorang Controlleur yang membawahi 4 (empat) orang Datuk beserta daerahnya Yaitu:

datuk Pekan Pangkalan Brandan

Datuk Lepan

Datuk Besitang/Pangkalan Susu

Datuk Pulau Kampai


Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, di hapuskanlah Pemerentahan Swa Praja atau Zeltbestuur yang diperrintah oleh Sultan/Raja-Raja di Kerisidenan Sumatera Timur,Termasuk di Pangkalan Susu. Disusunlah pemerintahan sipil di Wilayah Kerisidenan Sumatera Timur yang terdiri dari 6 (enam) Kabupaten Langkat dengan Bupatinya bernama Bapak Alm.ADNAN NOER LUBIS, di resmikan tepatnya tanggal 12 April 1946.dengan di bentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,maka dihapuslah Kerisidenan Sumatera timur dan menetapkan penjabat Pimpinan pemerentahan disemua Kabupaten temasuk kabupaten langkat yang berkedudukan di Binjai (Bupatinya H.O.K. SALAMUDDUN) dengan membawahi 3 (tiga) Kewedanan termasuk didalamnya Kecamatan Pangkalan Susu sebagai bahagian dari kecamatan dikewedanaan Teluk Haru sehingga dengan demikian dapatlah dianggap bahwa kehadiran dan tumbuhnya Kecamatan Pangkalan Susu dimulai pada saat tersebut diatas.


Dalam perkembangan sampaï saat ini Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pangkalan Susu adalah salah satu dari unit pelaksana teknis dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berada di sumatera Utara yang berbatasan dengan Nangroeh Aceh Darussalam (NAD), yang sebelumnya hanya melayani dermaga (TUKS) milik PT.Pertamina yang bergerak dalam bidang pertambangan untuk mengangkut Gas LPG dan Crude Oil, Sekarang telah berkembang dengan beroperasinya PLTU ( PT. PLN Persero ) pada pertengahan tahun 2014 maka Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pangkalan Susu juga telah melayani dermaga (TUKS) milik PT. PLN Persero yang bergerak dibidang Tenaga Listrik untuk Kapal-kapal mengangkut Batubara. Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Pangkalan Susu juga memiliki 2 (dua) wilker (wilayah kerja) yaitu pada dermaga (TUKS) milik Pertamina yang terletak di Pangkalan Brandan dan Pulau Sembilan.

Tidak heran Sejarah Pangkalan Susu juga terkait dengan Pangkalan Brandan walaupun dua kesatuan yg berbeda sejarah.

Beranjak dari hal tersebut diatas maka perlu kajian dan penelitian lebih lanjut oleh Numismatis kedua negara atau negara yg terkait, untuk meluruskan sejarah dan kegunaan Koin Ayam Susu dan dibukukan kembali secara baku.


*Dikutip dan diolah dari berbagai sumber.

Dikutip dari Fb. Ruswita k

Minggu, 08 Mei 2022

 Kasus Indikasi Specimen Palsu UPK 75



Wasapada... 

Untuk semua teman2 Numismatik harap hati2 karena ada peredaran SPECIMEN UPK 75 Palsu.


Adapun Specimen palsu ini

1)Menggunakan uang asli UPK 75 tapi di perforasi Spesimen melintang lebih besar dari stempel Specimen yg asli. 

2)Numerator dan prefix pada Specimen palsu acak padahal Specimen yg asli bertuliskan UPK 170820.


Himbauan untuk semua Numismatis atau kolektor Indonesia 

Jangan ada yg menjual atau menyimpan dan membeli specimen palsu ini karena bisa dijerat UU pemalsuan penipuam dan merusak uang sah yang masih berlaku


Untuk pelaku hendaknya jangan lagi memproduksi dan mengedarkan Specimen UPK rekayasa ini lagi 

Bilamana ada korban yg datang ke saya lagi menanyakan perihal keaslian atau lapor menjadi korban maka saya sendiri yg akan laporkan ke Polisi.

Saya sdh tahu siapa Anda cuman sayangnya saat itu korban keberatan saat sy mau bawa masalah ini ke Polisi krn masih kasihan dengan Anda. 


NB: Gambar dibawah adalah poster asli UPK 75 dari Bank Indonesia. 

Bisa dilihat tulisan Specimen dan numeratornya. 

Terimakasih

Semoga bermanfaat


Link sesungguhnya

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2612488938884341&id=100003697813095